Belakangan ini sering kita melihat iklan di televisi tentang pendidikan gratis yang diprakarsai oleh Departemen Pendidikan Republik Indonesia. Mari kita lihat siapa yang mengkampanyekan pendidikan gratis tersebut, tak lain adalah Cut Mini (pemeran Bu Muslimah dalam film Laskar Pelangi). Dengan logat melayu yang kental yang sangat identik dengan perannya dalam film. Bukan tidak mungkin pemerintah baru tergugah hatinya untuk memberikan pendidikan gratis bagi rakyatnya setelah menyaksikan film yang terinspirasi dari karya novel fenomenal seorang Andrea Hirata. Bahkan Presiden RI pun ikut menyaksikan film yang dianggap banyak orang sebagai film yang paling menginspirasi terlebih lagi untuk anak usia sekolah agar belajar lebih giat lagi. Melihat karakter Bu Muslimah yang begitu tangguh dalam mengabdi untuk dunia pendidikan hingga menomorduakan kepentingan pribadinya, maka dapat dibayangkan betapa besar perjuangan yang dipersembahkan oleh seorang guru.
Dengan memberikan pendidikan bagi anak usia sekolah SD dan SMP, mungkin pemerintah berkeyakinan bahwa akan ada banyak bermunculan Bu Muslimah yang lain di seluruh penjuru negeri ini yang akan terus mendidik murid-murid seperti Lintang, Ikal, Mahar dan yang lainnya yang memiliki bakat terpendam yang mesti diasah untuk memunculkannya. Jangan sampai anak-anak di negeri ini tidak memiliki cita-cita yang tinggi dan masa depan yang cerah karena terkendala biaya untuk bersekolah yang berakibat tersia-siakannya potensi mereka dan jika dibiarkan berlarut-larut maka dapat dibayangkan apa yang dikhawatirkan dalam film akan menjadi kenyataan yaitu anak-anak yang semestinya mengenyam bangku sekolah akan menjadi pekerja kasar, buruh, nelayan hingga kuli kopra. Di saat sekarang pun kita banyak menyaksikan bahwa banyak anak usia sekolah yang dipekerjakan oleh orang tuanya untuk mencari uang dengan jalan mengemis dan mengamen dan alasan orang tuanya adalah karena ketidakberdayaan ekonomi. Lagi-lagi ketidakberdayaan ekonomi dijadikan alasan untuk menutupi ketidakmampuan orang tua untuk menyekolahkan anaknya. Maka sangat beruntunglah bagi kita yang masih dapat bersekolah bahkan hingga bangku perkuliahan dengan segala fasilitas yang kita pergunakan setiap harinya. Akan tetapi masih banyak juga yang enggan bersyukur akan semua fasilitas yang didapat. Masih juga bermalas-malasan. Dan seakan tidak peduli dengan lingkungan sekitar. Jika dibandingkan dengan apa yang dilakukan oleh tokoh Lintang, ahh..... kita sudah jauh sangat berlebih dari apa yang dia dapatkan.
Ini semua berawal dari sebuah sekolah yang bernama SD Muhammadiyah yang berada disalah satu daerah di tanah Belitong dan juga berkat kontribusi orang-orang berbakat yang tentunya ilmu yang didapat berasal dunia pendidikan hingga kita dapat menyaksikan sebuah gambaran pendidikan sesungguhnya yang ada di negeri ini. Sang novelis yang juga alumnus SD Muhammadiyah (Andrea Hirata) dan seluruh kru film yang terlibat, semoga karya yang dihasilkan dapat memberikan manfaat bagi banyak orang. Dan juga tak lupa untuk semua pahlawan tanpa jasa yang ada diseluruh negeri ini. Maka, sungguh terpujilah engkau wahai bapak dan ibu guru.
Hiduplah untuk memberi sebanyak-banyaknya dan bukan untuk menerima sebanyak-banyaknya.
Dengan memberikan pendidikan bagi anak usia sekolah SD dan SMP, mungkin pemerintah berkeyakinan bahwa akan ada banyak bermunculan Bu Muslimah yang lain di seluruh penjuru negeri ini yang akan terus mendidik murid-murid seperti Lintang, Ikal, Mahar dan yang lainnya yang memiliki bakat terpendam yang mesti diasah untuk memunculkannya. Jangan sampai anak-anak di negeri ini tidak memiliki cita-cita yang tinggi dan masa depan yang cerah karena terkendala biaya untuk bersekolah yang berakibat tersia-siakannya potensi mereka dan jika dibiarkan berlarut-larut maka dapat dibayangkan apa yang dikhawatirkan dalam film akan menjadi kenyataan yaitu anak-anak yang semestinya mengenyam bangku sekolah akan menjadi pekerja kasar, buruh, nelayan hingga kuli kopra. Di saat sekarang pun kita banyak menyaksikan bahwa banyak anak usia sekolah yang dipekerjakan oleh orang tuanya untuk mencari uang dengan jalan mengemis dan mengamen dan alasan orang tuanya adalah karena ketidakberdayaan ekonomi. Lagi-lagi ketidakberdayaan ekonomi dijadikan alasan untuk menutupi ketidakmampuan orang tua untuk menyekolahkan anaknya. Maka sangat beruntunglah bagi kita yang masih dapat bersekolah bahkan hingga bangku perkuliahan dengan segala fasilitas yang kita pergunakan setiap harinya. Akan tetapi masih banyak juga yang enggan bersyukur akan semua fasilitas yang didapat. Masih juga bermalas-malasan. Dan seakan tidak peduli dengan lingkungan sekitar. Jika dibandingkan dengan apa yang dilakukan oleh tokoh Lintang, ahh..... kita sudah jauh sangat berlebih dari apa yang dia dapatkan.
Ini semua berawal dari sebuah sekolah yang bernama SD Muhammadiyah yang berada disalah satu daerah di tanah Belitong dan juga berkat kontribusi orang-orang berbakat yang tentunya ilmu yang didapat berasal dunia pendidikan hingga kita dapat menyaksikan sebuah gambaran pendidikan sesungguhnya yang ada di negeri ini. Sang novelis yang juga alumnus SD Muhammadiyah (Andrea Hirata) dan seluruh kru film yang terlibat, semoga karya yang dihasilkan dapat memberikan manfaat bagi banyak orang. Dan juga tak lupa untuk semua pahlawan tanpa jasa yang ada diseluruh negeri ini. Maka, sungguh terpujilah engkau wahai bapak dan ibu guru.
Hiduplah untuk memberi sebanyak-banyaknya dan bukan untuk menerima sebanyak-banyaknya.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 comments:
Posting Komentar